mengejarmu
Perkenalan itu dimulai menjelang MOS. Kirana dan Arjuna berada dalam satu kelompok yang sama. Layaknya perkenalan lain, semua berjalan biasa tanpa ada sesuatu yang istimewa. Hanya saja Kirana sangat mengagumi permainan gitar Arjuna di hari perkenalan mereka itu. Selama masa orientasi siswa, Kirana dan Arjuna tidak begitu dekat karena antara laki-laki dan perempuan ditempatkan di ruangan yang berbeda. Mereka hanya sebatas tahu dan tidak terlibat perbincangan yang dalam kecuali seputar kelompok orientasi. Pada hari terakhir masa orientasi siswa, seluruh siswa kelas X dikumpulkan untuk mengetahui pembagian kelas. Tak pernah disangka sebelumnya, ternyata Arjuna satu kelas dengan Kirana.
Kegiatan belajar mengajar telah dimulai, Kirana mengikuti kegiatan pembelajaran itu dengan semangat kemerdekaan yang menggebu-gebu. Maklum saja, sebagai siswa baru Kirana ingin menunjukan eksistensinya. Suasana kelas berjalan wajar, keakraban anak-anak kelas belum begitu terasa. Hingga pada awal bulan ketujuh sekolah mengadakan perlombaan masak antar kelas, yang secara tidak langsung memaksa warga kelas untuk bersatu lebih dekat dalam rangka mempersiapkan perlombaan ini. Dari hasil kesepakatan warga kelas, Kirana, Denia, Nadine, dan Ika ditugaskan untuk mengurus masalah lomba masak dari belanja menyiapkan bahan baku, memasak, hingga mengatur penyajian hasil masakan agar menarik untuk dihidangkan. Tetapi karena mereka berempat perempuan, mereka mengalami beberapa kesulitan. Hal itu memaksa mereka untuk meminta bantuan kepada siswa laki-laki, diantaranya Arjuna, Diko dan Fajar. Ketika mereka menyiapkan bahan baku, waktu itu di rumah Nadine, Arjuna mengajak Kirana untuk melihat ayam yang akan dibuat ingkung. Ingkung adalah sejenis olahan ayam, namun menggunakan ayam utuh. Tiba-tiba Kirana berteriak kencang dan lari masuk ke dalam rumah. Tentu saja Kirana panik semenjak kacil dia takut dengan ayam karena pernah dipathok ayam dan harus mendapatkan dua suntikan anti-tetanus.
Semenjak kejadian Kirana dengan ayam, Arjuna sering menakut-nakuti Kirana. Arjuna menjadikan kelemahan Kirana itu sebagai bahan ejekan. Bahkan juga mengancam agar Kirana bersedia melakukan apapun permintaan Arjuna. Hari-hari berikutnya menjadi hari yang indah untuk mereka. Namun jangan dibayangkan jika hubungan mereka selalu rukun. Tak jarang mereka menghabiskan waktu senggang dengan pertengkaran-pertengkaran kecil. Kelas yang semula sunyi menjadi hidup karena mereka berdua. Canda tawa, rayuan, godaan, hingga pertengkaran menjadi pewarna kehidupan mereka. Bisa dikatakan dimana ada Kirana disitu pasti juga ada Arjuna. Kebersamaan diantara mereka menimbulkan berita bahwa ada hubungan khusus lebih dari sekedar teman. Namun Kirana dan Arjuna terus menyangkal dan mengelak berita tersebut. bahkan Kirana bersumpah bahwa Ia tidak akan pernah jatuh cinta dengan Arjuna, lelaki yang telah dianggap sebagai musuh bebuyutanya. Memang di samping kedekatan mereka, Kirana dan Arjuna bersaing ketat dalam masalah pembelajaran.
Siang itu, Kirana, Arjuna dan Melisa tengah duduk di ruang Organisasi sekolah. Organisasi yang mereka ikuti merupakan organisasi yang sangat disegani dan populer dikalangan warga sekolah. Dalam organisasi itu Kirana dan Arjuna banyak menemukan teman baru. Dialah Melisa, Larvia Melisa lengkapnya, salah seorang yang menjadi sangat dekat dengan Arjuna. Tuntutan organisasi membuat Kirana dan Arjuna menjadi pribadi yang sibuk. Namun, kesibukan itu tak membuat mereka menjadi jauh, justru mereka sering bersama menyelesaikan tugas-tugas organisasi. Hanya saja ada sedikit yang berbeda, kini mereka pergi bertiga bersama Melisa. Jika Kirana ada kesibukan lain, Arjuna hanya berdua bersama Melisa. Begitu pula dengan hari-hari selanjutnya Ajuna menjadi sering pergi bersama Melisa tanpa Kirana.
Kirana terlihat murung di ruang kelas. Keceriaan yang biasa Ia miliki seketika tak lagi terlihat, entah kemana perginya. Denia, sahabat dekat Kirana tentu saja menyadari perbedaan itu. Benar saja, Kirana memang sedang ada masalah. Sepulang sekolah, Kirana pergi ke rumah Denia untuk menceritakan kegundahan hatinya. Kirana merasa ada yang hilang dalam hidupnya. Ia tak lagi membara tanpa Arjuna kini hidupnya begitu redup. Ya, Kirana merasa Arjuna jauh darinya. Arjuna lebih sering menghabiskan waktu dengan Melisa. Kirana sangat merindukan sosok Arjuna, sosok yang sering merayunya, menggodanya dan mengancamnya. Kirana menyadarai perasaan itu. Perasaan yang membuatnya sukar memejamkan mata saat malam tiba. Perasaan yang membuatnya melambung tinggi, namun sulit untuk diakuinya. Kirana telah jatuh hati, tentu saja dengan Arjuna Surya.
Perasan itu terlambat disadarinya. Di saat Kirana mengakui perasaanya pada Arjuna, lelaki itu tak ada lagi di sampinganya. Arjuna telah berpaling. Dia telah memberikan dahannya untuk bertengger burung yang cantik. Arjuna telah bersama Melisa. Perempuan yang dikenalnya dalam organisasi sekolah itu, telah membuat Arjuna jauh dengan Kirana. Sikap Arjuna pada Kirana tak lagi sehangat dulu. Tak lagi ada rayuan, godaan dan candaan-candaan kecil diantara mereka. Semua telah berubah. Kirana kehilanagn Arjuna, bagian terpenting dalam hidupnya. Semua tak akan seperti ini tanpa perempuan itu.
Bukan Kirana jika Ia hanya berdiam diri menerima kenyataan pahit itu. Dia bangkit berusaha meraih apa kembali apa yang menjadi milikya. Dengan bantuan teman-temanya Kirana berusaha untuk bertemu dengan Arjuna. Ia ingin bicara dari hati ke hati. Menjelaskan perasaanya dan meminta kejelasan akan dirinya di mata Arjuna. Kirana rela menghilangkan egonya demi Arjuna. Dia bertekad menyelesaikan masalah ini sekalipun harus menanggung malu pada Arjuna juga pada teman-temanya, karena Ia pernah bersumpah tak akan pernah jatuh cinta pada Arjuna. Dengan tekad itu, Kirana menemui Arjuna sepulang sekolah. Tapi Arjuna justru bersikap dingin, dia tidak menganggap keberadaan Kirana. Kirana berlari keluar sekolah dengan membawa puing hatinya yang telah hancur.
Kirana menjalani harinya tanpa gairah. Dia menjadi pendiam dan pemurung. Dia merasa hancur. Seorang yang selama ini memberikan perhatian lebih padanya telah berpaling. Saat itu, Kirana benar-benar terpuruk. Dia tak lagi sempat berhias, karena waktu berhiasnya dihabiskan untuk menangis. Pelajaran terbengkalai, nilai-nilai jeblok dan semangat belajarnya hilang. Tak hanya itu saja, dalam satu minggu Kirana kehilangan berat badanya karena lupa makan. Teman-teman merasa prihatin dengan keadaan Kirana. Mereka terus-menerus memberikan semangat pada Kirana.
“Apa boleh kita berharap walaupun kita tahu itu tidak mungkin, Den?”, tanya Kirana pada Denia sahabatnya.
“Lupakan dia Na, dia telah menjadi milik orang lain”
“Aku tidak berharap yang berlebihan Den, aku hanya ingin Juna ada untukku di saat senang dan susah”
“Iya aku tahu tapi itu salah karena dia telah menjadi milik orang lain”
“Jika mencintanya adalah kesalahan, aku tak tahu bagaimana membenarkanya”
“Tapi kamu pantas bahagia, dan kamu berhak bahagia tanpa Juna. Jadilah bahagia untuk dirimu sendiri, Na. jangan lagi mencari pembenaran dari semua ini”
“Aku nggak mencari pembenaran apapun. Satu hal yang benar adalah aku mencintai Arjuna. Kalau mencintai Arjuna berarti harus melepasnya dan itu yang terbaik. Aku siap.”
Kedua sahabat itu saling berpelukan melepaskan beban.
Sejak percakapan dengan Denia, Kirana memutuskan untuk melupakan Arjuna. Dia pergi demi kehidupan Arjuna dan Melisa. Dia memutuskan menyimpan perasaanya sendiri. Baginya yang terpenting adalah kebahagianan Arjuna dan berusaha menjadi orang yang baru. Kirana kini melakukan DEJUNAFIKASI, proses dimana dia berjuang melupakan Arjuna, melupakan kebiasaan lamanya dengan Arjuna. Proses dejunafikasi itu memang sangat berat, karena disamping satu kelas, mereka juga berada di dalam satu organisasi yang sama dengan Melisa.
Masa sulit itu telah berlalu. Kirana berhasil melewatinya dan keluar sebagai pemenang. Kirana memang tidak berhasil memenangkan hati Arjuna, namum Ia keluar sebagai pemenang karena dengan besar hati Ia merelakan Arjuna pergi bersama Melisa untuk meraih kebahagiaan. Kirana semakin jauh berlari, meski dia mengakui bahwa semakin sulit untuk ia melarikan diri. Saat ini Kirana telah menyiapkan kapal untuk berlayar kembali, Ia menyiapkan kapal yang kokoh, membekali diri untuk lebih kuat dan menyiapkan bekal untuk berlayar. Kirana berharap pelayaran cintanya kali ini akan berhasil. Dia ingin segera melihat cahaya mercusuar sehingga Ia tahu dermaga mana yang seharusnya menjadi tempatnya berlabuh.
Belajar mencintai berarti belajar memiliki, dan belajar memiliki berarti juga belajar merelakanya pergi. Ada saatnya kita benar-benar mengerti. Dan waktu tidak akan pernah berhenti.
Komentar
Posting Komentar