janji suci




Timothy adalah seorang pria yang keren, baik hati, ramah, pintar, serta bertanggung jawab. Dan ia adalah sosok yang sudah sangat memenuhi standart untuk ‘menempuh hidup baru’. Lagipula, Timothy juga sudah mempunyai tunangan, Nansa. Gadis manis yang dijumpainya di Amerika karena gadis itu ingin kuliah –dan yang sekarang sudah bekerja- menjadi penulis skenario film. Dihitung-hitung, ternyata mereka sudah bertunangan selama kira-kira tiga tahun delapan bulan. Menikah..? Aa.. yaa, that’s the problem.



”..Ti..? Are you okay?” tanya Nansa, membuat Timothy tersadar dari lamunannya. Mereka berdua sedang makan malam di sebuah restoran Perancis.

“..Ti, inget nggak? Film Spiderman 3. Pas Peter Parker mau melamar Mary Jane, suasananya di restoran Perancis seperti ini ’kan ?” tukas Nansa. Timothy yang sedang minum pun jadi tersedak..!



Uff...



Itulah masalahnya! Berhubung karena gadisnya itu adalah penulis skenario sejati, semua film di bumi ini rasanya sudah pernah ditonton oleh Nansa. Dan sedikit banyak, hal itu berpengaruh pada cara pandang Nansa. Setiap kali terdapat kejadian yang mirip di film pasti Nansa langsung bisa ’menandai’nya. Sementara Timothy kalau mau melamar, ia hanya bisa melihat contoh dari film-film sebagai referensi. Ya, memang benar. Timothy memang sudah berniat untuk mengutarakan janji sucinya pada gadis yang sangat disayanginya itu. Tapi... ya begitulah.



Tak lama Nansa dan Timothy akhirnya selesai makan malam. Mereka keluar dari restoran itu dan berjalan menuju lift. Akan tetapi, tiba-tiba Nansa menekan tombol ke atas, padahal harusnya ke bawah yakni ke parkiran.

”bukannya mau langsung pulang?” tanya Timothy. ”..iya. Tapi karena sudah di sini, kita sekalian mampir ke atas, boleh ya..?” tanya Nansa setengah meminta. ”terserah sih.” jawab Timothy ringan, sambil tersenyum.

Mereka pun menuju lantai tujuh, karena di sana ada area ice skating.

Nansa langsung menarik Timothy untuk bermain bersamanya. Mereka saling tertawa kecil ketika menirukan gaya seperti sedang berdansa, atau gerakan sok berputar-putar seperti di film-film Bollywood. Namun di atas semuanya, Timothy jadi semakin mantap menetapkan hatinya pada Nansa.

Setelah beberapa waktu, Nansa dan Timothy berhenti bermain. Mereka bersandar di pinggiran pegangan arena ski itu. Secara alamiah, Timothy langsung melepas jasnya dan memasangkannya ke badan Nansa. Mereka saling tersenyum. Lalu kemudian suasana hening..

”..ingat Full House nggak? Settingnya ’kan seperti ini saat Yong Jai berniat melamar Ji En..” DUENG!! Baru saja suasana tercipta, tapi.. hh. Timothy menghela.

Nansa kemudian melirik Timothy kecil, ”Ti.. nanti saat melamarku, kamu akan melakukan apa?” DUK!! Timothy tersenggak, ia tidak mampu menjawab segera. Apalagi Nansa semakin mendekatinya, ”taruh cincin di dalam sampanye? Atau.. memberi perhiasan, misalnya kalung.. atau langsung menunjukkan kotak cincin?” Nansa berkata sambil mulai bersandar di bahu Timothy. Timothy jadi panas-dingin dan mendadak menggeser tubuhnya menjauh dari Nansa. Bukan apa-apa sih, ia hanya nggak mau kalau Nansa mendengar detak jantungnya!

”Aa-sorry, Ti..” tukas Nansa segera, khawatir kalau Timothy tersinggung.

”N,nggak apa-apa kok..” Timothy segera mengisyaratkan dia baik-baik saja. Namun suasana sudah keburu menjadi kaku, Timothy bahkan sangat ingin menghilang saja sekarang. Tapi tiba-tiba Nansa mulai menggenggam tangan Timothy, membuat Timothy tertegun kecil. Sedang Nansa sendiri juga mulai terlihat salah tingkah,

”...aku hanya ingin memperjelas, ya kalau misalnya terjadi nanti. Ya siapa tauu.. Timothy-.. agak bingung bagaimana ingin melamarku-..” Nansa menghentikan kalimatnya sesaat. Sementara Timothy sudah tertohok habis-habisan. Hff, astagaaa..!

”..bagaimanapun caranya, aku pasti oke kok.” Sambung Nansa cepat, secepat ia melepaskan pegangannya. Ia lalu berjalan mendahului Timothy. Siing.. sementara Timothy masih harus terdiam beberapa waktu untuk mampu mencerna maksud kalimat Nansa itu.

Coba deh, bisa-bisanya dia tahu aku lagi bingung cari cara buat melamar dia! Hff, apa keliatan jelas di mukaku ya?!

***

Nansa dan Timothy hanya saling diam selama perjalanan menuju tempat parkir. Dan perjalanan menuju mobil yang jaraknya tinggal 28 meter dari mereka itu terasa sangat panjang bagi Timothy, karena dari tadi detak jantungnya berdegup cepat dan terus saja menggelisahkannya. Ia berdoa keras semoga ini bukan gejala sakit jantung. Tapi, lama-lama ia tidak bisa tahan lagi hingga akhirnya ia memutuskan untuk berhenti melangkah.

Nansa juga berhenti karena Timothy berhenti. Sambil melirik kecil, gadis itu mencoba mencari tahu ada apa dengan tunangannya, sampai tiba-tiba Timothy kemudian malah berbalik badan ke arahnya. Deg, Nansa jadi berdegup kencang.

”Hari ini.. bukan-.. tapi dari kemarin-kemarin..” Timothy mulai bersuara, dari nadanya sangat terasa bahwa ia agak grogi. Nansa hanya mendengarkan sambil sesekali melirik suasana di sekelilingnya. Oke.. Kira-kira Timothy mau mengatakan apa ya di-… suasana parkiran seperti ini.

Nansa dan Timothy saling bertemu pandang sesaat, tapi langsung berpaling lagi.

”malam ini, aku-..” cet.. tenggorokan Timothy rasanya tercekat. Padahal Nansa sudah hampir menahan napas menduga-duga kata-kata selanjutnya.

Ugh, Timothy kembali berbalik badan membelakangi Nansa sambil berkerut gelisah. Berkali-kali ia memijit tengkuk kepalanya supaya tetap rileks. Oh. Saat itulah ia benar-benar menyadari bahwa lokasi keberadaan mereka sekarang di tempat parkir. (What..?!)

”Ti.. kamu mau bilang apa?” tanya Nansa yang sudah terlanjur penasaran. Pikiran Timothy semakin nggak karuan. Ya sudahlah, masa bodoh! Batinnya keras lalu secepatnya berbalik menghadap posisi Nansa lagi. Deg, Nansa berdegup lagi.

”..aku sangat pusing tahu memikirkan acara untuk malam ini!” tukas Timothy tiba-tiba dengan nada seperti orang mengomel. Nansa pun terkejut.

”..untuk restoran, aku udah pasang lagu yang kamu suka. Juga aku memang berencana menaruh cincin di gelas. Bahkan aku juga sengaja memilih gedung ini karena ada area ice skating yang bisa jadi tempat alternatif lain, soalnya kamu suka banget main ski. Dan-.. bahkan aku sudah benar-benar akan memberikan kalung-.. atau langsung menunjukkan kotak cincin-.. semua sudah kusiapkan..” suara Timothy memelan di akhir sambil ia berpaling ke segala arah. Hhh...

”..tapi sekarang aku malah ngobrolin ini di tempat parkir.” keluh Timothy yang kemudian menjatuhkan badannya ke bawah untuk berjongkok. Kepalanya ditelungkupkan tanda ia sangat kecewa. Ya iyalah, tadi ’kan ada restoran, arena skating. Keren-keren. Ini-.. malah parkiran.

Nansa masih memandangi Timothy, tunangannya. Tentu saja ia tersenyum lucu untuk keimutan Timothy yang satu ini. Rasanya pengakuannya itu keren sekali.

”Ti.. ingat sesuatu nggak?” tukas Nansa sambil ikut berjongkok di depan Timothy. Hff.. kali ini bahas film apa lagi, batin Timothy.

”Peter Parker, gagal melamar Mary Jane di restoran Perancis. Tapi endingnya, aku tetap suka sekalipun hanya di sebuah kafe biasa. Lalu, Yong Jai juga beberapa kali terus gagal. Tapi, ending mereka di taman belakang rumah.. sama sekali nggak jelek..” Nansa menjelaskan dengan nada pelan yang sangat menenangkan.

Perlahan, gemuruh di dada Timothy bisa ditenangkan karena kata-kata Nansa. Tapi saat Nansa kemudian menyentuh pipi Timothy untuk mengangkat mukanya, pria itu tidak bisa menahan degup jantungnya lagi..!

”..kadang hal-hal yang hebat terjadi karena sejumlah hal kecil sederhana lho.” ujar Nansa yang masih terus menatap Timothy.

Mm... perlahan Timothy mengangguk, namun pandangannya masih ke sana-ke mari. Karena –sedikit banyak- tentu saja ia grogi dong!

”So..?” Nansa seolah menyadarkan Timothy untuk selanjutnya harus apa.

Hff...

”..Will you marry me..?” tanya Timothy, masih dengan posisi jongkok dan pandangan tertuju pada lantai parkiran. Nansa tersenyum lucu, “..eum, sorry, what..?! Tadi Timothy-..” tiba-tiba Timothy pun memotong dengan nada sangat ‘fals’.

“Aku nanya-.. kamu mau nikah ‘ma aku ?” Jreng. Nansa tertegun kecil.

”beneran.. kamu mau nikah ’ma aku?..” tanya Nansa. Hff.. harus ulang berapa kali sih, batin Timothy lagi. Kepalanya jadi semakin menunduk ke bawah,

”Beneran kok..” jawab Timothy, sudah merah padam.

“Beneran mau..?”

Astaga... ini cewek... Timothy pun -mau nggak mau harus- mengabaikan rasa malunya,

”Iya, beneran. Aku mau-.. mau banget!! Pokoknya aku mau banget!! Hhh! Perlu pake’ toak nggak sekalian..?” balas Timothy yang sudah mengangkat kepala dan menatap Nansa penuh karena gadis itu terus saja bertanya.

”Nah, gitu dong.. masa’ ngeliatin lantai, mau nikah sama ini?” tukas Nansa bercanda sambil menepuk lantai yang dari tadi diperhatikan Timothy.

Wuu..! Timothy manyun sekilas, tapi kemudian mereka berdua saling tersenyum.

”Will you marry me..?” tanya Timothy, kali ini sudah mampu menatap Nansa.

“..‘kan udah bilang aku pasti oke..” jawab Nansa. Tapi Timothy menggeleng,

”..Will you marry me ?” ulang Timothy lagi. Mereka saling bertatapan lama.

“I will.” Jawab Nansa tegas, tapi ia pun langsung menunduk –iya dong!- karena mukanya mulai merah. Hmm.. giliran Timothy yang tersenyum lucu. Perlahan ia mengusap sayang kepala Nansa, tunangannya satu-satunya dan memang yang selalu menjadi satu-satunya wanita, the one and only women, yang telah ia putuskan untuk menjalani hidup bersama. Sekarang dan selamanya.


###

Komentar

Postingan populer dari blog ini

kisah hidup kakashi hatake

Puisi Joko Pinurbo

PENGGUNAAN KATA YANG SALAH KAPRAH DALAM BAHASA INDONESIA