siere nevadaku
NADEVA-Kamu begitu sibuk, memangnya tidak lelah? Ah aku
pusing mikirin kamu. Pagi selalu datang lebih cepat untukmu, sedang
malam selalu panjang, enggan menghilang dari pelupuk matamu.
Kapan kau tidur? Terakhir ku ingat, kau tidur 43 tahun lalu. Itu pun kata Kakekku. Apa saja yang kau kerjakan? Aktivitasmu maksudku. Apa kau tak lelah? Maaf kalau pertanyaanku memerangimu. Hampir setiap hari pertanyaan ini ada dalam tempurung dalam kepalaku. Padahal usiaku baru menginjak angka sembilan.
NADEVA-Sejak kelahiranmu aku mau minta maaf, sejak suamiku merayakan hari lahirmu sesungguhnya aku bahagia. Bukan hanya aku, tetapi juga semua orang disini. Kau dinanti, tapi saat itu aku sudah prediksi. Kelak kau akan lelah, lunglai, capek melihat perlakuan lingkungan padamu. Manusia sejatinya mempunyai sifat yang baik tapi ia juga mempunyai sifat buruk. Mereka bisa terlihat bagai malaikat, tapi dilain waktu bisa terlihat bagai setan jahanam.
40 tahun yang lalu, kau diperjuangkan agar kau lahir, dapat hidup. Aman sentosa dan sejahtera (katanya). Kelahiranmu membawa haru, banyak yang mengeluarkan bulir air mata dengan tawa bahagia, kau selamat. Hari itu ditetapkan sebagai hari kelahiranmu. Karena proses yang panjang untuk melahirkanmu, banyak janji yang diserukan padamu. Orang-orang ikhlas.
“Aku perjuangkan kau sampai titik darah terakhir!”
“Akan kujaga kau dari segala marabahaya!”
“Tak ada yang bisa menyakitimu!”
“Ini janjiku padamu, dengan tanganku sendiri akan membinamu hingga pada gerbang pencapaian maksimal,”
Kalimat terakhir muncul dari mulut dan sumpah suamiku. Sedang aku, dalam hati hanya ikut mengamini.
Janjiku saat itu padamu adalah membinamu dengan tanganku sendiri hingga pada gerbang pencapaian maksimal. Kita berhasil (saat itu). Diusia balitamu, kau sudah dapat merangkak cepat, menggenggam keberhasilan. Kau kubawa menuju hidup yang lebih baik. Ekonomi yang mapan, stabil dan menguntungkan. Tentu di tiap malammu, kau masih dapat tertidur pulas bukan? Impian hampir semua pemimpin negara. Kau menjadi sosok yang kuat, kau raja pemegang kekuatan Ekonomi dunia. Apa aku bangga saat itu? Jawabannya ya (saat itu).
Bila kau ingin lihat contoh kerusakan dunia? Perhatikan saja aku. kalau kau Tanya siapa aku? Aku lah korbannya. 45 tahun aku kira adalah usia yang matang, dimana aku bermimpi bahwa aku dapat bersenang-senang, menghabiskan waktu tua ku dengan segala kenikmatan. Cih! Tapi apa, nyatanya makin tua aku makin tak dapat tidur. Kau tahu kapan aku terakhir tidur? Ya 43 tahun yang lalu. Anak umur sembilan tahun saja tahu itu. Kakeknya mendambakan aku lahir dengan sehat dan selamat sebagai hadiah untuk para rakyatnya yang luar biasa gigih bekerja keras untuk membangun dan menghidupkan aku. Diumur balitaku ia menjadikanku terpandang di dunia ini. Namaku bersinar dan di elu-elukan. Janjinya. Tetapi Ayahnya beserta teman sejawatnya sungguh mempermainkan aku. Aku dieksploitasi hingga lemas. Hingga para tetangga memandangku prihatin. Siang malam aku hidup dengan hiruk-pikuk dan balada para makhluk yang berdiri dalam bilik-bilik bagian tubuhku. Membuat diriku kaya rasa. Sayang, yang pahit dominan.
Kapan kau tidur? Terakhir ku ingat, kau tidur 43 tahun lalu. Itu pun kata Kakekku. Apa saja yang kau kerjakan? Aktivitasmu maksudku. Apa kau tak lelah? Maaf kalau pertanyaanku memerangimu. Hampir setiap hari pertanyaan ini ada dalam tempurung dalam kepalaku. Padahal usiaku baru menginjak angka sembilan.
Perkenalkan, namaku Akim. Aku lahir sembilan tahun yang lalu, kenal
denganmu? Tentu saja. Sejak aku lahir aku tahu baumu. Hafal. Kita akrab?
Hem yang itu aku tidak mau klaim karena ya kita saling tahu tapi tidak akrab.
Saranku untukmu. Jangan pernah mau (hanya) menjadi penonton dunia!
—————2—————Saranku untukmu. Jangan pernah mau (hanya) menjadi penonton dunia!
NADEVA-Sejak kelahiranmu aku mau minta maaf, sejak suamiku merayakan hari lahirmu sesungguhnya aku bahagia. Bukan hanya aku, tetapi juga semua orang disini. Kau dinanti, tapi saat itu aku sudah prediksi. Kelak kau akan lelah, lunglai, capek melihat perlakuan lingkungan padamu. Manusia sejatinya mempunyai sifat yang baik tapi ia juga mempunyai sifat buruk. Mereka bisa terlihat bagai malaikat, tapi dilain waktu bisa terlihat bagai setan jahanam.
40 tahun yang lalu, kau diperjuangkan agar kau lahir, dapat hidup. Aman sentosa dan sejahtera (katanya). Kelahiranmu membawa haru, banyak yang mengeluarkan bulir air mata dengan tawa bahagia, kau selamat. Hari itu ditetapkan sebagai hari kelahiranmu. Karena proses yang panjang untuk melahirkanmu, banyak janji yang diserukan padamu. Orang-orang ikhlas.
“Aku perjuangkan kau sampai titik darah terakhir!”
“Akan kujaga kau dari segala marabahaya!”
“Tak ada yang bisa menyakitimu!”
“Ini janjiku padamu, dengan tanganku sendiri akan membinamu hingga pada gerbang pencapaian maksimal,”
Kalimat terakhir muncul dari mulut dan sumpah suamiku. Sedang aku, dalam hati hanya ikut mengamini.
Diam-diam aku sedih. Banyak janji, itu berarti banyak hutang. Nadeva sayang, kau lahir dari hutang.
—————3—————
NADEVA-Aku senang kau mencapai hari jadimu yang ke 43. Aku ingat saat
kau hendak dilahirkan, aku langsung merasa menjadi orang paling sibuk
sedunia. Kau mengalihkan segala perhatianku saat itu. Istriku,
anakku,hingga semua orang yang harus aku prioritaskan kepentingannya.—————3—————
Janjiku saat itu padamu adalah membinamu dengan tanganku sendiri hingga pada gerbang pencapaian maksimal. Kita berhasil (saat itu). Diusia balitamu, kau sudah dapat merangkak cepat, menggenggam keberhasilan. Kau kubawa menuju hidup yang lebih baik. Ekonomi yang mapan, stabil dan menguntungkan. Tentu di tiap malammu, kau masih dapat tertidur pulas bukan? Impian hampir semua pemimpin negara. Kau menjadi sosok yang kuat, kau raja pemegang kekuatan Ekonomi dunia. Apa aku bangga saat itu? Jawabannya ya (saat itu).
Laju roda kehidupan berputar, tibalah saatnya. Aku renta sayang, tak
dapat membimbingmu lagi. Kau kuanggap telah dewasa. Pilihlah nasibmu
sendiri. Tapi sayangnya kau tak pernah mandiri, maaf aku harus sekasar
ini. Tapi memang nyatanya seperti itu. Puluhan tahun kau mesti dipapah.
Nasibmu bergantung atas keputusan-keputusan yang (mungkin) tak baik
bagimu. Pundakmu dibebani atas nama kepentingan-kepentingan kelompok
yang semakin merajalela. Tapi ini lah hidup, apa kau menikmatinya? Orang
senang dengan usiamu yang semakin matang. Tapi apa usia menandakan
kemerdekaan bagimu? Mungkin ya, mungkin juga tak. Entah bagi si pemangku
kepentingan.
—————4—————
NADEVA-dari sekian orang yang akrab denganmu, mungkin aku bisa
menjadi salah satunya. Aku mau klaim diri. Rasanya aku yang paling
akrab. Benar bukan? Tentu kau akan menjawab iya. Ingat ketika Ayah dan
banyak orang membantu hari kelahiranmu? Waktu itu aku tidak tahu
apa-apa. Usiaku saat itu. Ah aku lupa. Yang jelas sama besarnya
dengan akim yang doyan bermain klereng. Kau tahu Akim? Dia anakku, anak
laki-laki terakhirku. Tentu kau mengenalnya bukan? Kalaupun kau tak
tahu, sini aku ceritakan. Akim adalah putraku yang paling banyak ingin
tahu. Sejak kecil, dongeng tentangmu sudah akrab ditelinganya. Siapa
lagi kalau bukan si Kakek yang menjadi biang keladi. Diumur tujuh tahun
Akim mulai bisa membaca, dan sejak saat itu, ia tak henti-hentinya
mencari tahu tentangmu. Tak apalah, asal jangan sampai ia mencari tahu
tentangku, tentang kecerdikanku mencari pundi-pundi, tentang wanita
simpanan, tentang politik kotor yang aku mainkan. Kini kau mengerti
bukan mengapa aku klaim bahwa kita akrab? Akulah yang mengerti betul
tentang dirimu hingga aku memanfaatkan peluang itu. Tanahmu yang kaya
senantiasa membawaku pada kejayaan. HAHA —————4—————
—————5—————
SINTING! Umpatan kotor lahir dari mulutku. Ya dunia memang sudah
sinting. Kewarasan tak pernah disisakan lagi di jaman sekarang ini.
Mereka menciptakan aku, tapi sedikit demi sedikit mereka mengikis aku,
memanfaatkanku hingga sisa energi terakhirku. Isi perutku diperas,
kekayaan alamku dihabiskan.Bila kau ingin lihat contoh kerusakan dunia? Perhatikan saja aku. kalau kau Tanya siapa aku? Aku lah korbannya. 45 tahun aku kira adalah usia yang matang, dimana aku bermimpi bahwa aku dapat bersenang-senang, menghabiskan waktu tua ku dengan segala kenikmatan. Cih! Tapi apa, nyatanya makin tua aku makin tak dapat tidur. Kau tahu kapan aku terakhir tidur? Ya 43 tahun yang lalu. Anak umur sembilan tahun saja tahu itu. Kakeknya mendambakan aku lahir dengan sehat dan selamat sebagai hadiah untuk para rakyatnya yang luar biasa gigih bekerja keras untuk membangun dan menghidupkan aku. Diumur balitaku ia menjadikanku terpandang di dunia ini. Namaku bersinar dan di elu-elukan. Janjinya. Tetapi Ayahnya beserta teman sejawatnya sungguh mempermainkan aku. Aku dieksploitasi hingga lemas. Hingga para tetangga memandangku prihatin. Siang malam aku hidup dengan hiruk-pikuk dan balada para makhluk yang berdiri dalam bilik-bilik bagian tubuhku. Membuat diriku kaya rasa. Sayang, yang pahit dominan.
Ya akulah ibukota Negara (tanpa) toleransi.
—————6—————
NADEVA-lahir dari dalam kepalaku. Ia membesar seketika ketika aku
mendapat tugas dari Guruku. Tugas kewarganegaraan katanya. Aku bukanlah
orang yang anarki hingga tak menyukai seluk-beluk Negara. Aku hanya
skeptis, cenderung apatis akhirnya. Nadeva lahir begitu saja saat aku
membayangkan sebuah Negara. Negara yang tak membuat nyaman bahkan untuk
dirinya sendiri. Nadeva sayang Nadeva malang. Bukankah semua Negara sama
nasibnya sepertimu? Haha aku bagai mendapat satu formula,
dimataku bukan kebencian yang lahir melainkan keprihatinan akan nasibmu.
Satu persatu prediksi perkembanganmu lahir dan berkembang dalam
kepalaku, lingkunganmu aku telanjangi. Ya begitulah adanya. Kau lahir,
besar, dan mati dipangkuan rakyatmu sendiri. Kau dibiarkan terus bangun,
siang dan malam. Kau (selalu) sibuk. Tak ada yang membantumu, hanya
harapan segelintir orang yang juga lebih banyak berdoa untuk perutnya
sendiri. Itu bualan, agar kau senang. Kau lah penonton dunia yang
sejati NADEVA!—————6—————
Komentar
Posting Komentar