diam sejenak
sapa buat blogGY...
hi,,, GY,,, saya mau laporan lagi, saya sadar. terkadang bijak itu cukup untuk diam sejenak melihat sekitar sambil berfikir melangkah kedepannya gimana?
Aku belajar tentang beberapa sisi kehidupan, diantaranya tentang betapa ketika kita sangat menyukai suatu hal, lalu untuk alasan tertentu kita harus merelakannya terlepas. Seakan seluruh jiwa ikut terlepas...
Sakit, jatuh, terpuruk, sulit, marah...
sekarang jadi kelihatan semua kalau kita sabar menunggu kebenaran yang bakalan terlihat, siapa yang katanya tulus dan enggak. Kita ternyata masih terlalu lemah dihadapkan pada kenyataan.
Dan aku dihadapkan dengan kenyataan, bahwa ini adalah ketentuan kehidupan. Jika pahala ikhlas itu sedikit, mungkin prosesnya tidak akan sepahit ini.
Selain Allah ingin memberi pelajaran tentang sebuah keikhlasan, mungkin Ia juga ingin memberi gambaran bahwa tidak perlu "terlalu" dalam memberikan "rasa" di dunia ini.
Karena tidak ada yang abadi, tidak ada yang sempurna dijagat raya ini, semua hanya semu. Samar. Rapuh.
Dari semua ini saya belajar, bahwa ketulusan itu bukan hanya sekedar di ucapkan dengan keluarnya suara dari mulut saja, ketulusan itu sejatinya diwujudkan dalam kita bersikap. Saya nggak mau berkoar-koar bilang pada pada seseorang bahwa saya yang paling tulus, saya cuma pengen bersikap emang bener-bener tulus. Kalau kita sudah tulus maka pertahanan dalam diri kita bakal kuat.
Pertahanan itu layaknya tembok, dan aku berusaha menjadi Ka'bah, tembok Ka'bah. Ka'bah bukan hanya sekedar tembok biasa, Allah mempunyai maksud tersendiri ketika menyuruh nabi Ibrohim untuk membangun tembok tesebut. Ka'bah itu kuat, kokoh, sehingga banyak yang iri akan kekokohan dan keindahannya. Bahkan raja Abrohah sampai membawa pasukan gajahnya untuk menggempur tembok tersebut. Tapi Ka'bah bukan hanya sekedar tembok, Allah benar-benar melindunginya hingga burung-burung Ababil membawa batu dari neraka. Ka'bah tidak pernah meminta di elu-elukan karna kokohnya.Ka'bah hanya sebuah tembok batu, namun terjaga. Berbeda dengan tembok Berlin, semua orang memandang horor, banyak mulut yang mengkoar-koarkan akan kekokohannya, banyaka orang yang memandak bahwa tembok tersebut sangat kokoh dan sulit hancur, namun pada akhirnya tembok tersebut digempur, luluh lantah dan tidak menjadi sesuatu yang tampak kokoh.
Dunia ini bukan untuk mencari kenyamanan.
hi,,, GY,,, saya mau laporan lagi, saya sadar. terkadang bijak itu cukup untuk diam sejenak melihat sekitar sambil berfikir melangkah kedepannya gimana?
Aku belajar tentang beberapa sisi kehidupan, diantaranya tentang betapa ketika kita sangat menyukai suatu hal, lalu untuk alasan tertentu kita harus merelakannya terlepas. Seakan seluruh jiwa ikut terlepas...
Sakit, jatuh, terpuruk, sulit, marah...
Dan aku dihadapkan dengan kenyataan, bahwa ini adalah ketentuan kehidupan. Jika pahala ikhlas itu sedikit, mungkin prosesnya tidak akan sepahit ini.
Selain Allah ingin memberi pelajaran tentang sebuah keikhlasan, mungkin Ia juga ingin memberi gambaran bahwa tidak perlu "terlalu" dalam memberikan "rasa" di dunia ini.
Karena tidak ada yang abadi, tidak ada yang sempurna dijagat raya ini, semua hanya semu. Samar. Rapuh.
Dari semua ini saya belajar, bahwa ketulusan itu bukan hanya sekedar di ucapkan dengan keluarnya suara dari mulut saja, ketulusan itu sejatinya diwujudkan dalam kita bersikap. Saya nggak mau berkoar-koar bilang pada pada seseorang bahwa saya yang paling tulus, saya cuma pengen bersikap emang bener-bener tulus. Kalau kita sudah tulus maka pertahanan dalam diri kita bakal kuat.
Pertahanan itu layaknya tembok, dan aku berusaha menjadi Ka'bah, tembok Ka'bah. Ka'bah bukan hanya sekedar tembok biasa, Allah mempunyai maksud tersendiri ketika menyuruh nabi Ibrohim untuk membangun tembok tesebut. Ka'bah itu kuat, kokoh, sehingga banyak yang iri akan kekokohan dan keindahannya. Bahkan raja Abrohah sampai membawa pasukan gajahnya untuk menggempur tembok tersebut. Tapi Ka'bah bukan hanya sekedar tembok, Allah benar-benar melindunginya hingga burung-burung Ababil membawa batu dari neraka. Ka'bah tidak pernah meminta di elu-elukan karna kokohnya.Ka'bah hanya sebuah tembok batu, namun terjaga. Berbeda dengan tembok Berlin, semua orang memandang horor, banyak mulut yang mengkoar-koarkan akan kekokohannya, banyaka orang yang memandak bahwa tembok tersebut sangat kokoh dan sulit hancur, namun pada akhirnya tembok tersebut digempur, luluh lantah dan tidak menjadi sesuatu yang tampak kokoh.
Dunia ini bukan untuk mencari kenyamanan.
Komentar
Posting Komentar