Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2015

Back to Heaven's Light from Rectoverso

Back to Heaven's Light taken from Rectoverso Ruangan ini masih kurang terang. Pasti ada seseorang yang bermain-main dengan lampunya. “Bisa lebih terang sedikit? Ini terlalu gelap,” aku memanggil seorang lelaki berseragam. Beberapa orang dengan seragam yang sama tengah sibuk mendekor di sana-sini, mengatur bunga dan kursi berlapis kain satin. Aku memandang ke sekeliling. Tiba-tiba saja, tempat ini terasa lebih seperti tempat upacara pernikahan. Bukan seperti itu yang aku inginkan. Lelaki itu mengecek tombol lampu, lalu mengedikkan bahu. “Ini sudah maksimum. Tidak bisa lebih terang lagi, kecuali Anda mau menyewa lampu ekstra. “Baiklah. Tidak usah.” Aku melihat sekeliling lagi. Apakah ruangan ini memang sangat remang-remang ataukah interior benakku yang sudah menggelap? Semua warna tampak tumpul, cerahnya mereka entah bagaimana sudah berkurang. Aku mengamati tiap gerakan yang ada di tempat ini. Orang-orang yang bekerja, keluarga yang berduka, tamu-tamu yang pertam...

lagi lagi grow a older day

Entah sudah ribuan detik ke berapa aku mematung disini berkawankan lampu pijar 15 watt yang mulai tak  kuat menerangi penglihatanku yang semakin menyempit semu. Berkali-kali aku menunggu ketukan pintu atau sekedar ponsel yang berdering. Rutinitasku kembali, menunggu, menunggu seseorang pulang ke rumahnya, atau ke rumahku untuk hanya sekedar mengabari ia akan menginap di rumah temannya karena hari yang terlampau larut. Rutinitas ini, sempat membuatku bosan harus menunggu terus menerus. Rutinitas ini sering membuatku menangis manakala kedua hal yang kuharapkan dibalas dengan seuntai kalimat “maaf aku bosan, bisakah kita berhenti saling mengabari selama 2 minggu?”. Aku menangis hebat aku menangis dan seisi dunia tahu aku menangis. Sampai sekelebat kemudian, seseorang memerhatikanku dari jauh, dimatanya Nampak rasa iba, rasa senasib sepenanggungan. Entah bagaimana awalnya, perlahan dia memberikan telinganya untuk mendengarkan semua tangis, amarah, kesah serta harapanku. Dia tak ba...